
Ciri-Ciri Ahlussunnah Wal Jama’ah
Istilah ahlussunnah waljama’ah (اهل السنة والجماعة) sering kita dengar, bahkan mungkin ada sebagian dari kita yang sudah membaca pemikirannya. Istilah ini lebih akrab didengar dan diperbincangkan khususnya oleh kaum muslimin Indonesia dibandingkan dengan aliran yang lain. Sebagaimana halnya yang telah dituturkan oleh para ulama ilmu kalam, aliran tauhid/kalam/ teologi yang dikenal adalah Khawarij, Syiah, Murji’ah, Qadariyah, Jabariyah, Muktazilah, Asy’ariyah, dan Maturidiyah. Ahlussunnah Wal Jama’ah dalam pemikirannya dihubungkan dengan aliran Asy’ariyah dan Maturidiyah. Dua aliran terakhir ini dicetuskan oleh Abu Hasan al-Asy’ari (874–936 M/AH 260–324 H) dan Abu Manshur al-Maturidi (lahir 853 M/ 238 H dan wafat 944 M/ (333 H)
Pemikiran Ahlussunnah Wal Jama’ah mengkritik pemikiran teologi sebelumnya terutama pada Muktazilah. Salah satu kritiknya yang masyhur adalah Allah Swt bagi Asy’ariyah memiliki dzat dan sifat, sementara bagi Muktazilah Allah Swt tidak memiliki sifat. Al-Qur’an bagi Asy’ariyah adalah kalam Allah Swt, sementara bagi Muktazilah, al-Qur’an adalah makhluk-Nya. Orang yang beriman dan berdosa besar, di akhirat kelak akan ditempatkan pada tempat di antara dua tempat (al-manzilah bain al-manzilatain), dalam pemikiran Muktazilah. Berbeda dengan Asy’ariyah yang berpandangan bahwa meskipun manusia berdosa besar, selama ia masih beriman (dalam hati), ia tetap akan masuk ke surga namun ia mengalami siksa terlebih dahulu. Beberapa pemikiran tersebut menyiratkan bahwa pemikiran Ahlussunnah Wal Jama’ah berbeda dengan pemikiran teologi sebelumnya.
Ahlussunnah Wal Jama’ah sebagai Aliran yang Selamat.
Terdapat hadis yang terkenal bahwa dari seluruh aliran (firqah) yang ada, Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah aliran yang selamat. Nabi Muhammad Saw bersabda bahwa umat Islam kelak akan terpecah menjadi 73 golongan, kaum Yahudi terpecah menjadi 71 golongan dan Nasrani terpecah belah menjadi 72 golongan. Di antara 73 golongan tersebut hanya satu yang selamat yaitu golongan al-jamaah (HR. Turmudzi, abu Dawud, dan Ahmad). Hadis ini selain sahih juga mutawatir.
Syaikh Abdul Qahir al-Baghdadi (wafat 429 H) dalam kitabnya yang terkenal, al-Farq bain al-Firaq menyebut bahwa hadis iftiraq ini diriwayatkan oleh banyak perawi, seperti Anas bin Malik, Abu Hurairah, Abu Darda’, Jabir, Abu Said al-Khudri, Ubay bin Ka’ab, dan Abdullah bin Amr bin Ash. Golongan al-Jama’ah ini yang saat ini disebut Ahlussunnah Wal Jama’ah. Atau dalam riwayat lain disebutkan bahwa Nabi Saw menyatakan bahwa golongan yang selamat adalah mereka yang mengikuti Rasulullah Saw dan para sahabatnya. Rasulullah Saw memberi petunjuk bahwa golongan yang selamat ini adalah golongan yang terbanyak (al-Sawad al-‘Adzam). Terbukti, hingga saat ini Ahlussunnah Wal Jama’ah menjadi golongan terbanyak. Sunni banyak dianut oleh muslim di dunia – terkecuali Iran dan Iraq yang mayoritas penduduknya penganut Syiah.
Ciri-Ciri Ahlussunnah Wal Jama’ah
Dalam kitab Ziyadah al-Ta’liqat, Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari menjelaskan bahwa Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadis, dan ahli fikih. Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi Saw dan sunnah khulafaurrasyidin setelahnya. Mereka adalah kelompok yang selamat. Ulama mengatakan : Sungguh kelompok tersaebut sekarang ini terhimpun dalam mazhab yang empat yaitu mazhab Hanafi, Syafi’i, Maliki, dan Hanbali.
Selain penjelasan tersebut, al-Baghdadi menyebutkan beberapa ciri Ahlussunnah wal Jama’ah, yang diringkas oleh Khalili Hasib (4/1/2021) dalam https://www.hidayatullah.com, sebagai berikut:
- Mengakui dan mengimani sepenuhnya bahwa Allah Swt adalah Tuhan Yang Maha Esa tidak ada sekutu bagi-Nya.
- Mengakui dan mengimani bahwa Nabi Muhammad Saw sebagai Nabi-Nya.
- Mengakui dan mengimani bahwa al-Qur’an adalah firman Allah Swt dan bukan makhluk.
- Mengakui dan mengimani bahwa Al-Qur’an yang benar adalah Mushaf Utsmaniy, yaitu Al-Qur’an yang ada di tangan umat Islam ini, bukan Al-Qur’an Fathimah sebagaimana diyakini Syi’ah dan bukan pula Tadzkirah (Al-Qur’an yang diyakini agama Ahmadiyah.
- Tidak menambah, mengurangi, merobah atau memalsukan Al-Qur’an atau membuat Al-Qur’an Sendiri.
- Menerima dan mengakui serta menjadikan hadis Nabi Saw sebagai landasan hukum yang ke-dua setelah al-Qur’an dan tidak pula mengingkari.
- Mengimani dan mempercayai bahwa Rukun Islam yang benar ada lima dan menolak segala bentuk Rukun Islam buatan manusia.
- Mengimani dan meyakini bahwa Rukun Iman yang benar ada enam dan menolak segala bentuk Rukun Iman palsu.
- Mengimani dan meyakini bahwa ibadah Haji umat Islam adalah di Baitullah (Ka’bah) Makkah al-Mukarramah. Dan menolak segala anggapan yang mengatakan bahwa tempat Ibadah Haji selain di Makkah adalah di Qum (Teheran Iran) di Lahore (India) dan tempat-tempat lainnya.
- Mengimani dan meyakini bahwa Allah SWT mempunyai nama-nama dan sifat-sifat yang patut bagi kebesaran-Nya, dan menolak segala anggapan yang mengatakan bahwa Allah SWT tidak mempunyai sifat dan nama-nama. Dan bahkan ada di antara mereka yang mengharamkan membaca sifat-sifat Allah SWT.
- Mengimani dan meyakini bahwa nabi Muhammad Saw adalah nabi terakhir penutup para nabi dan rasul dan menolak semua nabi-nabi palsu.
- Mencintai dan menghormati keluarga Nabi Saw (Ahlul Bait) secara wajar dan proposional.
- Mencintai dan menghormati sahabat Nabi Saw termasuk kepada Khalifah yang empat secara wajar, tidak berlebihan dan tidak membenci salah satu di antara mereka dan mengkultuskan yang lainnya.
- Mengimani dan meyakini adanya siksa dan nikmat kubur.
- Mengimani dan meyakini adanya hari kebangkitan.
- Mengimani dan meyakini adanya Shirat di akhirat.
- Mengimani dan meyakini adanya Mizan (Timbangan amal manusia di akhirat kelak).
- Mengimani dan meyakini ada dan telah adanya surga dan neraka.
- Mengimani dan meyakini bahwa umat Islam dari umat Nabi Muhammad bila telah meninggal dunia masih mendapat manfaat dari amal perbuatannya semasa hidup dan amal orang lain yang pahalanya dihadiahkan kepadanya.
Ajaran tauhid sebagaimana ciri-ciri di atas menjadi pemikiran khas Ahlussunnah wal Jama’ah. Ciri ini sekaligus membedakan aliran ini dengan aliran lainnya.
Penulis :
Dr. H. Rudi Ahmad Suryadi, M.Ag
Komentar
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Apa Yang Dibutuhkan Untuk Memahami Ilmu Ekonomi Syariah?
Ekonomi Syariah (ES) menjadi trend dan kajian yang paling banyak diminati hari ini. Buktinya program studi ekonomi syariah dan sejenisnya paling banyak diminati mahasiswa di beberapa PT
Transaksi Online Perspektif Fatwa DSN MUI
Perkembangan transaksi ekonomi syariah tidak hanya dilaksanakan tatap muka. Proses transaksi yang dulu harus bertatap muka, hari ini mengalami perkembangan. Berkat kemajuan IT, beberapa
Transaksi Online Perspektif Fatwa DSN MUI
Perkembangan transaksi ekonomi syariah tidak hanya dilaksanakan tatap muka. Proses transaksi yang dulu harus bertatap muka, hari ini mengalami perkembangan. Berkat kemajuan IT, beberapa
Transaksi Online Perspektif Fatwa DSN MUI
Perkembangan transaksi ekonomi syariah tidak hanya dilaksanakan tatap muka. Proses transaksi yang dulu harus bertatap muka, hari ini mengalami perkembangan. Berkat kemajuan IT, beberapa
Antara Agama dan Hutang
Kalau kita melihat kata دين (din atau dain) dapat dibaca dengan huruf dal berharkat fathah atau berharkat kasrah. Berbeda harkat menjadi berbeda pembacaan sekaligus pasti berbeda art
Sangat bermanfaat terimakasih pak Dr